Kelompok 5, off.D
1. Wildan Maulana (100533402574)
2. Pramesthi Handaru (100533404331)
3. Nursanti Novi A. (100533404452)
Clostridium
botulinum
Clostridium
botulinum adalah bakteri yang memproduksi racun botulin, penyebab
terjadinya botulisme. Bakteri ini masuk kedalam genus Clostridium. Bakteri
ini pertama kali ditemukan pada tahun 1896 oleh Emile van Ermengem dan
umumnya dapat ditemukan di tanah. C. botulinum termasuk bakteri
gram positif,
anaerob obligat (tidak
bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat bergerak), dan menghasilkan spora.
Domain:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
C.
botulinum
|
Karakteristik umum
Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang,
anaerobik (tidak dapat tumbuh di lingkungan yang mengandung oksigen bebas),
Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun syaraf yang
kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan
pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A, B,
C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang
diproduksi oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan botulisme
pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian besar botulisme pada hewan.
Hewan yang paling sering terinfeksi adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi,
kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G telah diisolasi dari tanah di
Argentina, belum ada kasus yang diketahui disebabkan oleh strain ini. Ikan
sangat sensitif terhadap toksin tipe E
Toksin ini diserap dalam usus kecil dan melumpuhkan
otot-otot tak sadar. Sifat toksin ini yang penting adalah labil terhadap panas.
Toksin tipe A akan in aktif oleh pemanasan pada suhu 80 ºC selama 6 menit,
sedangkan tipe B pada suhu 90 ºC selama 15 menit. Spesies Clostridium
botulinum juga dibagi menjadi 4 grup didasarkan pada perbedaan physiologi
seperti terlihat pada tabel 1. Group I semua strain tipe A dan strain
proteolitik tipe B dan F. Group II semua strain tipe E dan nonproteolitik
strain tipe B dan F. Grup III strain tipe C dan D. Serta grup IV C.
Botulinum tipe G yang telah diusulkan diberi nama baru C. argentinense.
Pengelompokan ini menyetujui dengan hasil dari studi DNA homologi dan dari 16S
dan 23S rRNA sequense studi (82, 83, 103, 149) yang memperlihatkan suatu
tingkatan yang tinggi dari hubungan diantara strain-strain dalam tiap-tiap
grup, tetapi hubungannya kecil diantara grup.
Tabel 1.
Pengelompokan dan karakteristik dari strain Clostridium botulinum
Karakteristik
|
Group
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|
Tipe neurotoksin
|
A, B, F
|
B, E, F
|
C, D
|
G
|
Temperatur
minimum
untuk
pertumbuhan
|
10 ºC
|
3ºC
|
15ºC
|
ND*
|
Temperatur
optimum
untuk
pertumbuhan
|
35-40ºC
|
18-25ºC
|
40ºC
|
37ºC
|
pH minimum
untuk
pertumbuhan
|
4,6
|
Ca. 5
|
ND
|
ND
|
Penghambat
(NaCl)
|
10 %
|
5 %
|
ND
|
ND
|
AW minimum
untuk
Pertumbuhan
|
0,94
|
0,97
|
ND
|
ND
|
D100ºC
dari spora
|
25 min
|
<0,1
min
|
0,1-0,9
min
|
0,8-1,12
min
|
D121ºC
dari spora
|
0,1-0,2
min
|
<0,001
min
|
ND
|
ND
|
* ND, not determined; Sumber : Doyle,
M.P. dkk, 2001
Grup I merupakan strain yang bersifat proteolitik dan strain
yang memproduksi neurotoxin tipe A. Temperatur optimum untuk pertumbuhan adalah
37ºC . Level-level tinggi neurotoxin (10 6 mouse LD50/ml) (1 LD50 adalah jumlah
neurotoxin yang dibutuhkan untuk membunuh 50 % mice yang diinjeksikan dalam
waktu 4 hari) diproduksi secara tipikal di dalam kultur. Spora-sporanya
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas, dengan nilai D100ºC sekirar 25
menit ( nilai D adalah waktu yang dibutuhkan untuk menginaktivasi 90% dari
populasi pada temperatur yang diberikan). Untuk menghambat pertumbuhan, pH
harus dibawah 4,6, konsentrasi gram di atas 10%, atau aktivitas air (aw)
dibawah 0,94.
Grup II merupakan strain nonproteolitik, mempunyai
temperatur optimum pertumbuhan yang lebih rendah (30ºC), dan mampu tumbuh pada
temperature pada rendah sekitar 3ºC. Spora-sporanya mempunyai ketahanan
terhadap panas yang lebih rendah, dengan nilai D100ºC kurang dari 0,1 menit.
Strain grup II dihambat dengan pH dibawah 5,0, konsentrasi garam di atas 5%,
atau aw kultur bakteri ini biasanya ditingkatkan dengan treatmen menggunakan
tripsin, yang mengaktifkan neurotoksin.
Grup III termasuk strain-strain tipe C dan D, yang
tidak dikategorikan sebagai botulism manusia tetapi menyebabkan botulism pada
hewan. Konsekuensinya grup ini tidak dipelajari secara detail. Strain ini
merupakan strain nonproteolitik dan tumbuh optimal pada suhu 40ºC dan hanya
pada temperatur sekitar 15ºC.
Grup IV merupakan strain yang memproduksi neurotoksin
tipe G, tumbuh optimal pada suhu 37ºC dan mempunyai temperatur minimal
pertumbuhan pada 10ºC. Spora-spora jarang terlihat dan mempunyai ketahanan
terhadap panas yang lebih baik, dengan nilai D104ºC adalah 0,8 sampai 1,12
menit.
Gambar
Clostridium botulinum group I
Gambar
Clostridium botulinum group II
Gambar
Clostridium botulinum bagian dalam
Botulisme karena makanan (untuk membedakan dari
botulisme pada luka dan botulisme pada bayi) merupakan jenis keracunan makanan
yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung racun
syaraf yang kuat, yang dibentuk selama pertumbuhan organisme. Racun ini tidak
tahan panas dan dapat dihancurkan dengan pemanasan pada temperatur 80°C
selama10 menit atau lebih. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi sangat
diperhatikan karena apabila tidak segera dirawat dengan benar, tingkat kematiannya
tinggi. Kebanyakan kasus yang dilaporkan setiap tahunnya berkaitan dengan
makanan yang kurang diproses, dikalengkan di rumah tangga, tetapi kadang-kadang
makanan yang diproduksi secara komersial juga terlibat dalam kasus tersebut.
Sosis, produk daging, sayuran kaleng, dan produk makanan laut, paling sering
menjadi perantara dalam kasus botulisme pada manusia.
Organisme ini dan sporanya tersebar luas di alam.
Bekteri ini ada di tanah, baik di tanah olahan, tanah hutan, endapan di dasar
sungai, danau, dan perairan pantai, dan di dalam usus ikan dan mamalia, dan di
dalam insang dan organ dalam kepiting dan jenis-jenis kerang lainnya.
Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang
mencegah transmisi impuls saraf ke otot . Mual, muntah dan kram
perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek dimulai pada syaraf di
kepala sehingga menyebabkan penglihatan kabur/ganda dan kesulitan menelan,
kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot lengan, otot
pernapasan, dan mungkin juga otot kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36
jam setelah menelan toksin, tetapi bisa memakan waktu hingga delapan hari.
Makanan
kaleng adalah sumber utama botulisme (keracunan botulinum).
Selain itu, botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat
berakibat fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk mencegah botulisme
adalah mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan
makanan di rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau
busuk, meskipun tidak selalu demikian. Botulisme adalah kedaruratan medis
yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya antitoksin, 90%
lebih pasien botulisme dapat diselamatkan.
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Clostridium_botulinum.(online).diakses
tanggal 29 Nopember 2012
http://nutritionscienevv.blogspot.com/2012/05/foodborne-agent-clostridium-botulinum.html.
.(online).diakses tanggal 29 Nopember 2012
http://jccexpo-momsbabieskids-19-21agust2011.blogspot.com/2011_08_01_archive.html.
.(online).diakses tanggal 29 Nopember 2012
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/page/10/.(online).diakses
tanggal 29 Nopember 2012
0 komentar:
Posting Komentar